Berbagi Nasehat Dengan Teman-Teman Mahasiswa UIM

Berbagi Nasehat Dengan Teman-Teman Mahasiswa UIM

Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi

Saat umrah beberapa waktu yang lalu tanpa rencana sebelumnya, ana diundang oleh para santri Al Furqon yang sekarang Mahasiswa Universitas Madinah di acara pertemuan ramah tamah dengan Ustadz Hafidz Musthofa yang datang untuk umrah.

Sejujurnya saat awal diminta oleh akh Maruf adiknya Ust Ahmad Sabiq, ana agak berat, karena ana sekarang sudah tidak di Al Furqon lagi, namun karena diminta dan mumpung jadwal agenda travel juga kosong, serta ada iming-iming makan bareng makanan khas indonesia dan ada bakwan nya (he…he…), maka ana pun hadir, sekaligus ngantar seorang jamaah yang ingin tahu universitas Islam Madinah.

Ternyata saat acara, ana diminta untuk ngasih tausiyah. Ana minta ustadz-ustadz lain dulu tapi mereka malah minta kepada saya untuk menyampaikan prakata lebih dulu. Akhirnya bismillah, dengan modal tawakkal dan sedikit ilmu, kami sampaikan pesan-pesan berikut ini. Semoga bermanfaat.

Suatu kegembiraan dan kebahagian seorang guru adalah bertemu dengan muridnya dan melihat mereka lebih sukses dan lebih berilmu lebih shalih daripada dirinya.

Syeikh Ibrahim Ar Ruhaili pernah cerita bahwa suatu saat guru beliau Syeikh Muhammad Aman Al Jami pernah berkata kepada beliau:

نجاحك نجاحي

“Kesuksesanmu adalah kesuksesanku juga”

Sejatinya, antum di sini sudah sering mendapatkan nasehat dari para masayikh, namun sekedar saling mengingatkan saja, karena kami diminta memberi tausiyah, maka berikut beberapa hal yang ingin kami ingatkan:

1. Nikmat yang Allah berikan kepada kita sangat banyak baik yang nampak maupun yang tidak nampak, dan biasanya nikmat yang tidak nampak lebih berharga, seperti nikmat iman dan ilmu yang tidak diberikan kepada sembarang orang,

Imam Hasan Al-Bashri beekata

لأن أتعلم بابا من العلم خير من الدنيا و ما فيها

“Saya mempelajari satu bab ilmu lebih baik daripada dunia dan isinya”
Lebih-lebih lagi, nikmat menuntut ilmu di kota Nabi karena terkumpul di dalamnya:
1. Belajar di kota Nabi
2. Bisa belajar langsung kepada ulama rabbaniyyun
3. Bisa sering ibadah di Masjid Nabawi
4. Lebih mudah untuk umrah dan haji
5. Gratis bahkan dapat mukafaah
Wahhahi, kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas semua nikmat tersebut.
Kalau dulu Nabi dan sahabat yang hidup sederhana saja turun kepada mereka ayat Al Quran

ثم لتسألن يومئذ عن النعيم

Sungguh kalian pada hari itu ditanya tentang nikmat yang kalian rasakan.

Lantas bagaimana dengan kita?

Maka jangan lupa, perbanyaklah syukur kepada Allah atas segala nikmatNya agar Allah tidak mencabutnya dari antum, Umar bin Abdul Aziz berkata :

قيدوا النعم بالشكر

“Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan syukur”

Dan syukur sebagaimana kita tahu dengan tiga hal:
1. Hati, dengan meyakini bahwa nikmat ini semata2 anugerah dari Allah, bukan karena kehebatan, kejeniusan dan kepintaran kita.
2. Lisan, senantiasa memuji Allah
3. Anggota badan, dengan menggunakan nikmat tersebut untuk semakin dekat dengan Allah, maka gunakan nikmat ini sebaik mungkin untuk banyak belajar ilmu agama dan beramal.

2. Hendaknya kita selalu mengevaluasi niat kita dalam menuntut ilmu,

Sufyan At-Tsauri berkata:

ما عالجت شيأ أشد علي من نيتي

“Tidaklah aku berjuang memperbaiki sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku”.

Mengikhlaskan niat itu memang berat, Karena kita berhadapan dengan dua musuh :
• Syaithan yang terus berupaya merusak niat kita
• Hawa nafsu yang kerapkali ingin dipuji manusia dengan sebutan ustadz kondang, dai sejuta umat, sejuta ummahat, gelar Lc, ingin dihormati, mudah diterima akhwat kalau melamar, mudah diterima di lembaga pendidikan dll.

Imam Ahmad berkata kepada anaknya dan ini wasiat untuk kita semua:

يا بني انو الخير فإنك لا تزال بخير ما نويت الخير

“Wahai anakku, berniatlah yang baik, engkau akan senantiasa dalam kebaikan selama engkau berniat yang baik”.

Maka koreksi terus hati kita, keikhlasan kita, karena hati terus berubah-rubah. Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa membersihkan hati dari noda lebih penting daripada membersihkan pakaian dan badan kita.

3. Jangan pernah berpuas diri dengan ilmu yang kita raih. Kerahkan segenap kemampuan kita untuk menimba ilmu selagi ada kesempatan. Imam Ibnu Qoyyim berkata:

ما دام فيك نفس فتعلم

“Selama engkau bernafas maka teruslah belajar”

Sangat disayangkan jika kita punya potensi dan kesempatan namun kita menyia-nyiakannya. Al Mutanabbi berkata:

ولم أر في عيوب الناس عيبا

كنقص القادرين على التمام

“Aku tidak mendapati pada aib manusia yang lebih parah
Daripada orang yang mampu sempurna namun dia tidak mengembangkannya”.

Jangan pernah kita merasa diri kita sudah hebat dan banyak ilmunya sehingga jumawa dan sombong, karena kalau kita sudah merasa seperti itu maka kita sejatinya adalah orang yang jahil. Kata Imam Ibnul Mubarak:

لا يزال الرجل عالما ما طلب العلم. فإن ظن أنه علم فقد جهل

“Seorang akan disebut alim selama dia terus menuntut ilmu, namun jika dia merasa sudah berilmu maka sesungguhnya dia telah bodoh”.

4. Memanfaatkan waktu dengan baik, selagi masih muda, dan waktu masih luang, belum banyak tanggungan dan beban maka manfaatkan waktu untuk fokus menuntut ilmu.

Umar bin Kathab berkata:

تعلموا قبل أن تسودوا

“Belajarlah sebelum kalian tua dan menjadi tokoh”.

Allah sering bersumpah dengan waktu menunjukkan pentingnya waktu.
Ibadah-ibadah juga ada waktunya seperti shalat, puasa, haji dll, menunjukkan agar kita disiplin dengan waktu dan pandai mengatur waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.

الوقت أنفس ما عنيت بحفظه

وأراه أسهل ما عليك يضيع

Waktu adalah hal istimewa yang harus kamu perhatikan
Namun sayangnya kamu gampang sekali menyia-nyiakannya

Maka fokuslah pada tujuan kalian berada di kota Madinah ini, jangan tergiur oleh iming-iming lain yang menggoda. Al kisah, dulu Yahya Al Laitsi hadir di majlis Imam Malik di Masjid Nabawi, tiba-tiba ada seekor gajah datang ke Madinah, maka orang-orang pun berhamburan meninggalkan majlis imam Malik demi untuk melihat gajah, kecuali Yahya Al Laitsi, dia tak bergeming tetap di majlis. Maka Imam Malik bertanya kepadanya: Mengapa engkau tidak pergi seperti yang lainnya? Maka beliau menjawab: Aku ke sini untuk belajar kepada Imam Malik bukan untuk melihat gajah.

Mungkin, godaan kita sekarang bukan gajah, tapi versi lain seperti kerja travel, medsos, akhwat dll.

5. Jangan cukupkan dengan belajar di kelas saja, tapi bersemangatlah untuk menghadiri majlis-majlis ilmu para masyaikh di Masjid Nabawi, terutama majlis Syeikhuna Abdur Razzaq Al Badr, karena selain menambah ilmu, kita juga bisa melihat bagaimana akhlak para ulama, melembutkan hati, menambah iman dan taqwa sebagai cargher hati kita. Ingat ilmu bukan sekedar banyaknya hafalan dan luasnya wawasan tapi ilmu adalah yang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.

Imam Syafii berkata:

ليس العلم ما حفظ إنما العلم ما نفع

Ilmu bukan sekedar yang dihafal tapi yang penting adalah bermanfaat.

6. Jangan lupa banyak berdoa dan minta doa dari orang tua,

telpon mereka untuk berbakti kepada mereka dan minta untuk didoakan karena ilmu itu seperti rizki yang Allah bagikan kepada hambaNya. Jangan pernah menganggap bahwa ilmu hanya soal kecerdasan semata tapi ilmu adalah taufiq dari Allah.

(Ditranskip oleh sebagian mahasiswa lalu kami revisi dan koreksi)

Baca Juga Artikel Terbaru

Leave a Comment